Hendric Mahardhika :
salamwarahmah..
semoga ustad dan keluarga sehat selalu..
maaf ustad mau nanya.
sebagaimana dikatakan dalam al-quran :
"setan berkata : Dengan keagungan dan kemuliaan-Mu ya Allah, aku akan menyesatkan seluruh anak adam, kecuali mereka yang ikhlas sejak awal untuk Mu"
pertanyaannya, apa yang di maksud dengan ucapan setan -mereka yang sejak awal ikhlas untuk Mu- itu ustad? syuqron
Sinar Agama :
Salam dan trims pertanyaannya:
(1). Ayat yang antum tanyakan itu adalah (QS: 38:
82-83):
قَالَ
فَبِعِزَّتِكَ لَأُغْوِيَنَّهُمْ أَجْمَعِينَ (82) إِلَّا عِبَادَكَ مِنْهُمُ
الْمُخْلَصِينَ (83
"Berkata -syethan: 'Dengan keMuliaanMu sungguh
akan kusesatkan semuanya -manusia (82) kecuali hamba2Mu yg mukhlashin."
(2). Dalam ayat tersebut disebutkan Mukhlashiin, bukan
Mukhlishiin.
(3). Mukhlishiin adalah ikhlash kepada Allah. Yakni yg
berbuat taat hanya dan hanya karena Allah. Artinya, berbuat taat dalam seluruh
ketaatan, spt ibadah khusus, ibadah umum, hal2 yg menyangkut diri sendiri,
keluarga, lingkungan, sosial, politik, ekonomi ...dst... karena Allah semata
demi ampunan dan ridhaNya hingga dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam
surga.
(4). Mukhlashiin, yakni dg laam yg difathah (bukan
dikasrah) memiliki arti yg beda dari mukhlishiin yg laam-nya dikasrah. Karena
Mukhlashiin artinya "banyak ikhlash", bukan "ikhlash" saja.
Banyak ikhlash bukan berarti jumlah ikhlashnya yg
banyak, karena mukhlishiin yg dikasrah memiliki arti ikhlash dalam seluruh
amal2nya seperti yg sdh diterangkan di atas.
Jadi, maksud dari banyak ikhlash ini adalah dari sisi
mutunya, bukan jumlahnya. Artinya, ikhlashnya yg sangat tinggi. Yakni, dalam
segala taatnya, hanya dan hanya karena Allah semata, bukan karena ingin
dijauhkan dari neraka atau dimasukkan surga.
Jadi, semua Mukhlishiin dan Mukhlashiin, sama2 berbuat
apapun demi Allah semata dan dalam semua perbuatannya dlm segala sisi dan
dimensinya. Akan tetapi yg Mukhlishiin demi surga dan dijauhkan dari neraka,
sedang Mukhlashiin tdk ada niat apapun kecuali hanya Allah semata tanpa pamrih
apapun.
Pamrih pada Allah itu boleh saja, spt pamrih surga dan
dijauhkan dari neraka. Karena Allah memang menganjurkan manusia untuk berbisnis
denganNya. Dan berpamrih pada Allah spt ini dikatakan sebagai Mukhlishiin.
Akan tetapi Tuhan jg menjelaskan tentang Mukhlashiin
yg difathah ini. Artinya, adanya orang yg ikhlash dan tanpa pamrih apapun
sekalipun surga dan dijauhkan dari neraka. Golongan ini, hanya dan hanya
melihat Allah sebagai KeIndahan Mutlak, Pemesona Mutlak, Kasih Mutlak, Cahaya
Mutlak, Hak Mutlak Untuk Disanjung dan Disembah, Kelezatan Mutlak .... dst.
Nah, ketika golongan ini melihat Tuhan spt itu baik dlm akal pahaman dan
aplikasinya, mk sdh pasti tdk akan tertarik pada apapun sekalipun surga,
apalagi cuma dunia.
(5). Kalau antum masih ingat tulisan2 slfakir
sebelumnya yg menjelaskan tentang tiga macam ibadah/taat: Bisnis, Budak dan
Bebas.
- Manusia taat yg bisnismen, adalah orang yg taatnya
kepada Allah dlm seluruh kehidupannya untuk mendapatkan yg lebih banyak yg
berupa surga. Karena itu, golongan ini mengharap dimasukkan ke surga.
-Manusia taat yg budak, adalah orang yg taatnya dlm
seluruh kehidupannya karena Allah dg mengharap dijauhkan dari neraka.
- Manusia taat yg bebas, juga disebut cinta. Maknanya
adalah orang yg taat pada Allah dlm seluruh aspek kehidupannya hanya dan hanya
karena Allah, tanpa mengharap apapun, baik surga atau dijauhkan dari neraka.
Nah, dua golongan pertama di atas itu, disebut juga dg
Mukhlishiin yg dikasrah, sedang golongan terakhir disebut dg Mukhlashiin yg
difathah.
(6). Nah, dengan semua mukaddimah itu dpt dipahami
bahwa yg tidak bisa ditembus syethan hanya dan hanya yg Mukhlashiin yg
difathah, bukan Mukhlishiin yg dikasrah.
(7). Salah satu rahasia mengapa yg Mukhlishiin masih
bisa diganggu syethan adalah pamrihnya itu. Sekalipun pamrihnya mengharap dari
Allah, akan tetapi tetap berupa pamrih. Maksudnya, adalah bhw syethan masih
bisa melacak kemauanannya itu apa. Ketika seseorang menginginkan surga dan
dijauhkan dari neraka, mk bagi iblis hal itu terlihat dg jelas kemauan manusia
tsb.
Dan ketika kemauan manusianya ini nampak dg jelas, mk
syethan akan memancingnya keluar dari agama dg kemauannya itu. Persis ketika
ikan itu sedang lapar di sungai/laut, dan kita tahu kemauannya apa, mk kita
bisa memancingnya dg yg ia maui itu. Beda halnya kalau ikan tersebut kenyang
dan/atau kita tdk tahu kesukaannya apa, mk kia tdk akan dpt memancing dan
mengailnya.
(8). Ketika seseorang terlihat ingin surga dan
dijauhkan dari neraka, mk syethan akan memancingnya dari arah surga dan
dijauhkan dari neraka tsb. Misalnya, memancingnya untuk beribadah pada Allah
sebanyak-banyaknya, hingga sebegitu sibuknya hingga lupa akan syarat2 ibadah yg
benar, spt akidah yg benar dan taklid yg benar. Atau syethan akan memancingnya
untuk haji dan ziarah dg mengiming-ngimingnya pahala yg begitu besarnya hingga
pikirannya hanya fokus pada kedua hal tsb dan melupakan zakat dan khumusnya atau
melupakan orang kelaparan di sekitarannya.
Walhasil, banyak jalan bagi syethan untuk
menjerembabkan manusia ke jahannam manakala syethan mengetahui kemauan manusia
itu.
(9). Ketika manusia sudah tidak memiliki pamrih apapun
pada Tuhan, dan hanya dan hanya terpana pada KeIndahanNya, keCahayaanNya,
...dst.. mk sudah pasti syethan tdk lagi dpt membaca maunya manusia yg seperti
ini. Karena Allah yg ditatap golongan ini, jelas tidak akan pernah bisa
dikenali dan apalagi dibaca syethan. Tuhan sebagai wujud yg tidak terbatas,
bagimana mungkin bisa dibaca dan dikenali syethan. Karena itu, mk syethan tdk
lagi bisa memancing manusia seperti ini. Karena itu, hanya dan hanya golongan
ini yg akan selamat dari godaannya.
(10). Mungkin kita merasa sebagai Mukhlashiin yg
difathah, karena kita memang kurang tertarik pada surga dan tidak takut pada
neraka. Tapi ketidak tertarikan kita pada surga dan ketidak takutan kita pada
neraka, bukan karena kurang tertarik dan kurang takut, akan karena kita tidak
bisa melihat keduanya. Coba kita melhat surga dan neraka, mk kita akan pingsan
karena kepingin surga dan takut pada neraka.
Bukti nyata dari ketamakan kita pada surga adalah
kesukaan kita pada kelezatan dunia, pada butir2 nasi yg kita makan dan, apalagi
lauknya. Sementara takutnya kita pada api, jelas merupakan bukti nyata pada
ketakutan kita pada neraka. Nah, yg masih suka pada butir2 nasi dan takut pada
apinya korek api, bagaimana mungkin bisa dikatakan tidak ingin surga dan tidak
takut pada neraka?
Hanya pada Allah kita dpt mengharap hidayah ilmu dan
pertolongan aplikasinya yg ikhlash hingga menjadi Mukhlish, yg sangat ikhlash
hingga menjadi Mukhlash. Smg saja pintu2 berkah2 itu belum kita tutup rapat dg
menyibukkan diri pada urusan2 dunia demi dunia atau urusan duni demi akhirat yg
jg dunia (ikhlash yg tdk murni, boro2 ke mukhlash). Smg kita tdk mengorbankan
akhirat kita hanya karena dunia fana ini, amin.
wassalam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar