Rabu, 15 Agustus 2012

siapa yang tidak bisa di hasut syethan? (diskusi Sinar Agama)


Hendric Mahardhika :

salamwarahmah..
semoga ustad dan keluarga sehat selalu..
maaf ustad mau nanya.
sebagaimana dikatakan dalam al-quran :

"setan berkata : Dengan keagungan dan kemuliaan-Mu ya Allah, aku akan menyesatkan seluruh anak adam, kecuali mereka yang ikhlas sejak awal untuk Mu"


pertanyaannya, apa yang di maksud dengan ucapan setan -mereka yang sejak awal ikhlas untuk Mu- itu ustad?  syuqron


 Sinar Agama :

Salam dan trims pertanyaannya:

(1). Ayat yang antum tanyakan itu adalah (QS: 38: 82-83):

قَالَ فَبِعِزَّتِكَ لَأُغْوِيَنَّهُمْ أَجْمَعِينَ (82) إِلَّا عِبَادَكَ مِنْهُمُ الْمُخْلَصِينَ (83

"Berkata -syethan: 'Dengan keMuliaanMu sungguh akan kusesatkan semuanya -manusia (82) kecuali hamba2Mu yg mukhlashin."



(2). Dalam ayat tersebut disebutkan Mukhlashiin, bukan Mukhlishiin.



(3). Mukhlishiin adalah ikhlash kepada Allah. Yakni yg berbuat taat hanya dan hanya karena Allah. Artinya, berbuat taat dalam seluruh ketaatan, spt ibadah khusus, ibadah umum, hal2 yg menyangkut diri sendiri, keluarga, lingkungan, sosial, politik, ekonomi ...dst... karena Allah semata demi ampunan dan ridhaNya hingga dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga.



(4). Mukhlashiin, yakni dg laam yg difathah (bukan dikasrah) memiliki arti yg beda dari mukhlishiin yg laam-nya dikasrah. Karena Mukhlashiin artinya "banyak ikhlash", bukan "ikhlash" saja.

Banyak ikhlash bukan berarti jumlah ikhlashnya yg banyak, karena mukhlishiin yg dikasrah memiliki arti ikhlash dalam seluruh amal2nya seperti yg sdh diterangkan di atas.

Jadi, maksud dari banyak ikhlash ini adalah dari sisi mutunya, bukan jumlahnya. Artinya, ikhlashnya yg sangat tinggi. Yakni, dalam segala taatnya, hanya dan hanya karena Allah semata, bukan karena ingin dijauhkan dari neraka atau dimasukkan surga.

Jadi, semua Mukhlishiin dan Mukhlashiin, sama2 berbuat apapun demi Allah semata dan dalam semua perbuatannya dlm segala sisi dan dimensinya. Akan tetapi yg Mukhlishiin demi surga dan dijauhkan dari neraka, sedang Mukhlashiin tdk ada niat apapun kecuali hanya Allah semata tanpa pamrih apapun.

Pamrih pada Allah itu boleh saja, spt pamrih surga dan dijauhkan dari neraka. Karena Allah memang menganjurkan manusia untuk berbisnis denganNya. Dan berpamrih pada Allah spt ini dikatakan sebagai Mukhlishiin.

Akan tetapi Tuhan jg menjelaskan tentang Mukhlashiin yg difathah ini. Artinya, adanya orang yg ikhlash dan tanpa pamrih apapun sekalipun surga dan dijauhkan dari neraka. Golongan ini, hanya dan hanya melihat Allah sebagai KeIndahan Mutlak, Pemesona Mutlak, Kasih Mutlak, Cahaya Mutlak, Hak Mutlak Untuk Disanjung dan Disembah, Kelezatan Mutlak .... dst. Nah, ketika golongan ini melihat Tuhan spt itu baik dlm akal pahaman dan aplikasinya, mk sdh pasti tdk akan tertarik pada apapun sekalipun surga, apalagi cuma dunia.




(5). Kalau antum masih ingat tulisan2 slfakir sebelumnya yg menjelaskan tentang tiga macam ibadah/taat: Bisnis, Budak dan Bebas.

- Manusia taat yg bisnismen, adalah orang yg taatnya kepada Allah dlm seluruh kehidupannya untuk mendapatkan yg lebih banyak yg berupa surga. Karena itu, golongan ini mengharap dimasukkan ke surga.

-Manusia taat yg budak, adalah orang yg taatnya dlm seluruh kehidupannya karena Allah dg mengharap dijauhkan dari neraka.

- Manusia taat yg bebas, juga disebut cinta. Maknanya adalah orang yg taat pada Allah dlm seluruh aspek kehidupannya hanya dan hanya karena Allah, tanpa mengharap apapun, baik surga atau dijauhkan dari neraka.

Nah, dua golongan pertama di atas itu, disebut juga dg Mukhlishiin yg dikasrah, sedang golongan terakhir disebut dg Mukhlashiin yg difathah.




(6). Nah, dengan semua mukaddimah itu dpt dipahami bahwa yg tidak bisa ditembus syethan hanya dan hanya yg Mukhlashiin yg difathah, bukan Mukhlishiin yg dikasrah.




(7). Salah satu rahasia mengapa yg Mukhlishiin masih bisa diganggu syethan adalah pamrihnya itu. Sekalipun pamrihnya mengharap dari Allah, akan tetapi tetap berupa pamrih. Maksudnya, adalah bhw syethan masih bisa melacak kemauanannya itu apa. Ketika seseorang menginginkan surga dan dijauhkan dari neraka, mk bagi iblis hal itu terlihat dg jelas kemauan manusia tsb.

Dan ketika kemauan manusianya ini nampak dg jelas, mk syethan akan memancingnya keluar dari agama dg kemauannya itu. Persis ketika ikan itu sedang lapar di sungai/laut, dan kita tahu kemauannya apa, mk kita bisa memancingnya dg yg ia maui itu. Beda halnya kalau ikan tersebut kenyang dan/atau kita tdk tahu kesukaannya apa, mk kia tdk akan dpt memancing dan mengailnya.




(8). Ketika seseorang terlihat ingin surga dan dijauhkan dari neraka, mk syethan akan memancingnya dari arah surga dan dijauhkan dari neraka tsb. Misalnya, memancingnya untuk beribadah pada Allah sebanyak-banyaknya, hingga sebegitu sibuknya hingga lupa akan syarat2 ibadah yg benar, spt akidah yg benar dan taklid yg benar. Atau syethan akan memancingnya untuk haji dan ziarah dg mengiming-ngimingnya pahala yg begitu besarnya hingga pikirannya hanya fokus pada kedua hal tsb dan melupakan zakat dan khumusnya atau melupakan orang kelaparan di sekitarannya.

Walhasil, banyak jalan bagi syethan untuk menjerembabkan manusia ke jahannam manakala syethan mengetahui kemauan manusia itu.




(9). Ketika manusia sudah tidak memiliki pamrih apapun pada Tuhan, dan hanya dan hanya terpana pada KeIndahanNya, keCahayaanNya, ...dst.. mk sudah pasti syethan tdk lagi dpt membaca maunya manusia yg seperti ini. Karena Allah yg ditatap golongan ini, jelas tidak akan pernah bisa dikenali dan apalagi dibaca syethan. Tuhan sebagai wujud yg tidak terbatas, bagimana mungkin bisa dibaca dan dikenali syethan. Karena itu, mk syethan tdk lagi bisa memancing manusia seperti ini. Karena itu, hanya dan hanya golongan ini yg akan selamat dari godaannya.




(10). Mungkin kita merasa sebagai Mukhlashiin yg difathah, karena kita memang kurang tertarik pada surga dan tidak takut pada neraka. Tapi ketidak tertarikan kita pada surga dan ketidak takutan kita pada neraka, bukan karena kurang tertarik dan kurang takut, akan karena kita tidak bisa melihat keduanya. Coba kita melhat surga dan neraka, mk kita akan pingsan karena kepingin surga dan takut pada neraka.

Bukti nyata dari ketamakan kita pada surga adalah kesukaan kita pada kelezatan dunia, pada butir2 nasi yg kita makan dan, apalagi lauknya. Sementara takutnya kita pada api, jelas merupakan bukti nyata pada ketakutan kita pada neraka. Nah, yg masih suka pada butir2 nasi dan takut pada apinya korek api, bagaimana mungkin bisa dikatakan tidak ingin surga dan tidak takut pada neraka?

Hanya pada Allah kita dpt mengharap hidayah ilmu dan pertolongan aplikasinya yg ikhlash hingga menjadi Mukhlish, yg sangat ikhlash hingga menjadi Mukhlash. Smg saja pintu2 berkah2 itu belum kita tutup rapat dg menyibukkan diri pada urusan2 dunia demi dunia atau urusan duni demi akhirat yg jg dunia (ikhlash yg tdk murni, boro2 ke mukhlash). Smg kita tdk mengorbankan akhirat kita hanya karena dunia fana ini, amin.

wassalam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar